
KUBU RAYA, - Desa Kalibandung, Kecamatan Sungai Raya menggelar diskusi kampung dalam rangka penguatan peran kelompok perempuan dalam mengelola hutan desa. Diskusi yang difasilitasi oleh JARI Indonesia Borneo Barat ini dilaksanakan di kantor desa Kalibandung, Sabtu 1 Januari 2022.
Menurut Kepala Desa Kalibandung, Sanhaji kegiatan ini menjadi ruang diskusi bagi kelompok-kelompok perempuan di desanya untuk menguatkan kembali peran dalam pengelolaan potensi di desa terutama di bidang pertanian, maupun di kehutanan.
Ia menyebutkan, desa Kalibandung memiliki banyak potensi, utamanya di dalam kawasan hutan desa. Hal tersebut menjadi sumber potensi pendapatan masyarakt apabila dapat dikelola dengan baik dan berkelanjutan.
“Misalnya hasil hutan bukan kayu. Ada rotan, daun pandan yang menjadi bahan dasar pembuatan besek (bakul). Kalau ini dikelola dengan baik menjadi sumber pendapatan tambahan bagi masyarakat,” katanya.
Bukan hanya itu, di luar kawasan hutan desa pun banyak komoditi yang cukup potensial apabila dikembangkan. Jahe, dan nanas misalnya. Kata Sanhaji, dua komoditi ini dapat dikembangkan bukan hanya dalam mentahnya saja, melainkan dapat diolah menjadi produk turunan.
Hanya saja, keterbatasan akses dan anggaran sehingga menyulitkan bagi pemerintah desa untuk mengakomodir hal tersebut. Padahal, kelompok-kelompok perempuan di desa, kata dia sangat memiliki potensi untuk mengelola hal tersebut.
“Berangkat dari kondisi tersebut, kami sangat berterima kasih kepada JARI yang sudah mendampingi desa kami. Terutama dalam penguatan kelompok perempuan di desa kami,” kata dia.
Ia berharap, pendampingan ini bukan hanya dalam bentuk penguatan kapasitas perempuan saja. Namun juga mendamping kelompok-kelompok tersebut hingga pengolahan, kemasan bahkan pasar.
Di tempat yang sama, Ketua Lembaga Desa Pengelola Hutan (LDPH) Kalibandung, Usman menyebutkan saat ini di desanya sudah terbentuk dua kelompok perempuan yang fokus terhadap pengelolaan hasil hutan. Di antara
Pertama, kelompok Mak Malu yang saat ini mengelola peyek berbahan dasar tanaman putri malu serta kelompok anyaman yang membuat kerajinan tangan berupa bakul, takin, di mana sumber bahan mentahnya didapat dari dalam hutan desa.
“Ini semua potensi hutan desa yang kami miliki. Kami sebagai lembaga hutan desa tentu juga mendorong agar lebih banyak lagi kelompok perempuan terlibat dalam pengelolaan hutan desa ini,” kata dia.
Ia menyadari, kelompok perempuan di Kalibandung sangat berperan dalam pengelolaan, penjagaan dan perlindungan hutan desa. Potensi hutan desa yang berlimpah tidak akan bermanfaat apabila tidak dikelola dengan baik. Termasuk juga dalam konteks perlindungannya dari berbagai ancaman seperti ilegal loging maupun kebakaran hutan dan lahan.
“Dari kondisi itulah, pada dasarnya kelompok perempuan di desa kami juga sangat berperan penting dan aktif dalam pengelolaan maupun perlindungan hutan desa. Pada kesempatan ini, saya berharap peserta diskusi ini dapat terlibat aktif dan bisa menghasilkan rencana-rencana lanjutan ke depannya,” tuturnya.
Pada diskusi ini dipandu oleh fasilitator dari JARI Indonesia Borneo Barat, Hera Yulita. Kegiatan dibuka dengan mengajak para peserta untuk saling berbagi pengalaman dan informasi yang berhubungan dengan peran dan keterlibatan kelompok perempuan dalam pengelolaan Hutan Desa Kalibandung.
Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi bersama para peserta mengenai penguatan kelompok perempuan dalam rangka mendorong keterlibatan kelompok perempuan dalam pengelolaan perhutanan sosial.
Pada penutupan, disepakati para peserta membentuk satu kelompok perempuan baru yang diberi nama kelompok Padi Merah. Kelompok ini fokus pada pengelolaan padi merah, mengingat di Kali Ampok, Dusun Maju Terus, desa Kalibandung hampir rata-rata masyarakatnya bertani padi merah.